Home » » " Pemakan Kulit Pisang VS Pemakan Pisang "

" Pemakan Kulit Pisang VS Pemakan Pisang "


Tugimo : Kang, Islam Nusantara itu apa sih ? Koq pada Heboh banget orang ngebicarain hal tersebut di Medsos ?
Kang Tukijan : Pernah Ziarah ke Makam Sunan Kudus di Jawa Tengah gak Mo ? Atau, Sampean pernah gak jalan jalan di Alun Alun Kota Kita ?
Tugimo : Kalo ziarah ke Makam Sunan Kudus saya sih pernah satu kali bareng rombongan Kang tapi kalo jalan jalan ke Alun Alun kota mah hampir tiap hari ...hehehe. Emang Kenapa Kang ?
Kang Tukijan : Kamu pernah lihat Masjid Agung Kudus yang indah itu ?
Tugimo : Pernah kang dan indah banget ! emang kenapa kang ?
Kang Tukijan : Naahhh....Masjid Itu Bentuknya unik Mo karena memiliki menara yang serupa bangunan candi. Masjid ini adalah perpaduan antara budaya Islam dengan budaya Hindu. Berdirinya Masjid Menara Kudus itu tentu saja tidak lepas dari peran Sunan Kudus sebagai pendiri dan Arsiteknya. Sebagaimana para walisongo yang lainnya, Sunan Kudus memiliki cara yang amat bijaksana dalam dakwahnya. Di antaranya, dia mampu melakukan adaptasi dan pribumisasi ajaran Islam di tengah masyarakat yang telah memiliki budaya mapan dengan mayoritas beragama Hindu dan Budha. Pencampuran budaya Hindu dan Budha dalam dakwah yang dilakukan Sunan Kudus, salah satunya dapat kita lihat pada masjid Menara Kudus ini.Begitu juga Bentuk atau lanskap Alun Alun yang sering kamu kunjungi itu. Coba Lihat, Di Tengah Alun Alun pasti ada Pohon Beringin di Tengahnya dan Masjid yang megah berdiri di sebelah barat Alun alun. Di Bagian utara terdapat Kediaman Bupati, Kamu tahu apa makna dari hal tersebut Mo ?
Tugimo : Enggak Kang ! Emang maknanya apa Kang ?
Kang Tukijan : Lanskap atau Bentuk Alun Alun seperti itu sebenarnya adalah simbol Mo. Bahwa Alun-alun yang berasal dari bahasa arab Allaun, yang artinya banyak macam atau warna. Diucapkan dua kali menjadi, Allaun-allaun menunjukkan tempat bersama segenap rakyat dan penguasa berkumpul menjadi satu di pusat kota.
Tugimo : Waahhhh Menarik Kang Filosofinya !! Lalu kenapa ada Pohon Beringin di Tengah Tengah Alun Alun itu kang ?
Kang Tukijan : Begini Mo, Waringin Berasal dari bahasa Arab, yaitu dari kata “Wara’iin”, artinya orang yang sangat berhati-hati. Orang-orang yang berkumpul mulai rakyat sampai penguasa di pusat kota (alun-alun) itu diharapkan mampu dan berhati-hati memelihara dirinya dan menjaga segala undang-undang. (Prof. Dr. Slamet Mulayana, Pemugaran Persada Sejarah Leluhur Mojopahit, Inti Idayu Press. Jakarta 1983: 305).
Tugimo : Hebaaattt !! Kalo Masjid Kang ?
Kang Tukijan : Masjid yang berdiri Megah di Pusat Kota itu bermakna bahwa Masyarakat dari Segala lapisan yang berkumpul di Pusat Kota itu diharapkan senantiasa ingat akan Tuhan YME Sehingga mereka akan senantiasa mampu menjaga setiap perbuatan mereka senantiasa selaras dengan aturan Agama !
Tugimo : Waahhhh.....Kereennn !! Lalu kenapa ada Kediaman Bupati di depan Alun alun kang ?
Kang Tukijan : Adanya Kediaman Pemimpin di depan Alun Alun atau yang menghadap Alun Alun itu adalah simbol bahwa seorang pemimpin diharapkan mau dan mampu melihat kondisi dari Rakyat yang terdiri dari segala lapisan masyarakat yang dipimpinnya.Dengan Melihat mereka, Semoga Pemimpin Itu tahu bahwa Kebijakan Seorang Pemimpin haruslah membawa maslahat atau kebaikan bagi Rakyat yang dia pimpin. Bukankah ajaran Agama kita mengatakan " tasharruful imam ‘ala al ra’iyyah manutun bi al maslahah " yang berarti Kebijakan seorang Pemimpin tetap harus mengacu pada nilai nilai kebaikan bagi Rakyat yang dipimpinnya ?
Tugimo : Woooowww....Excellent Kang ! Lalu, Siapa sih Arsitek Handal yang telah berjasa menciptakan Lanskap atau bentuk Alun Alun itu Kang ?
Kang Tukijan : Menurut Hikayat, Arsitek Canggih itu bernama Raden Mas Said atau lebih dikenal dengan nama Sunan Kalijaga,Seorang Da'i Putra Adipati Tuban.Beliau dikenal sebagai Da'i yang dikenal begitu Toleran ( Tasammuh ) pada Budaya Lokal ! Beliau pandai merubah tradisi Tradisi yang sebelumnya bukan Milik "Kita " dan dengan cara yang arif,Tradisi tersebut Beliau Isi dengan Nilai nilai dan ajaran Islam ! Hebat kan Mo ?
Tugimo : Hebaaattt Kang ! Lalu, apa Hubungan antara Walisongo tersebut dengan Gembar Gembor Istilah Islam Nusantara yang belakangan makin marak itu Kang ?
Kang Tukijan ; Begini Mo, Islam Nusantara itu hanya Istilah saja sebenarnya. Aplikasi dari Cara Berdakwah yang dilakukan dengan Tasammuh atau Toleran pada Budaya Setempat,Tawassuth atau Sikap Tengah dan Tawazzun atau Seimbang dalam segala hal yang dahulu dilakukan oleh Walisongo itulah Aplikasinya ! Bahwa Karakter dan Ciri Khas Berdakwah seperti itu tentulah lahir dari Buah fikiran Bijak para Ulama yang melihat bahwa Medan dakwah dan Objek Dakwah yang jelas berbeda dari Tempat dimana Islam lahir inilah yang melahirkan Sikap saling menghargai dan sikap Toleransi yang demikian Indah. Cara Berdakwah dan Ajaran untuk mau menghargai dan toleran pada Budaya dan Keyakinan yang berbeda ini jelas hanya ada di Nusantara Kita Tercinta ini Mo ! Bayangkan Mo, Hanya di Nusantara ini dimana Ribuan Suku - Adat - Budaya dan Keyakinan yang berbeda dapat hidup berdampingan dengan aman dan damai.Jadi Mo, Apalah Artinya Nama ? Jika Engkau Masih Suka Meributkan Nama, Apa Bedanya Engkau dengan Kera yang masih Suka makan Kulit Pisang daripada Makan Isi Pisang ?? Ya Tho ?? Qqiqiqiiqiqiiqiqiiqq...:D
Tugimo : Diampuuttttt...!!! Penjelasane sih apik tapi koq ujung ujungnya Aku disamain ama Monyet ?? Hadechhhhhh....
Kang Tukijan : Guyonnnn.....Guyonnn Moooo...Tugimo ! 
Thanks for reading " Pemakan Kulit Pisang VS Pemakan Pisang "

« Previous
« Prev Post
Next »
Next Post »

0 komentar:

Posting Komentar