Anda Berani gak Menyebut Khalifah Umar Bin Abdul Aziz sebagai Pelaku
Bid'ah Terbesar ??? Dahulu, Beliau membuat satu Rintisan baru dalam
masalah Agama yang tidak dilakukan di Zaman Rasulullah masih hidup dan
bahkan di zaman para Sahabat. Apa Itu ??
Ketika Anda Sholat
Jum'at,Coba Perhatikan apa yang dibaca para Khatib saat berada di atas
Mimbar. Selalu Terdengar bacaan Ayat Al-Qur'an QS.An-Nahl 90 dalam
Ibadah Sholat Jum'at Bukan ??
Setiap khotbah Jumat, pasti kita
sering mendengar khatib membacakan ayat Innallâha ya`muru bil ‘adli wa
ihsân wa îtâidzil qurbâ wa yanha ‘anil fahsyâ wal munkar wal bagh.
Ya’izhukum la’allakum tadzakkarûn. Bagaimana Sih Ceritanya Hingga ayat
tersebut dibaca Oleh Para Khatib diatas Mimbar Jum'at dan Siapa yang
Memulai adanya bacaan Tersebut pada Setiap Sholat Jum'at ??? Apakah
Rasul yang mengajarkan atau para Sahabat ??
Cacian di
mimbar Jumat terhadap Sayidina Ali sudah menjadi tradisi selama puluhan
tahun. Muawiyah dan khalifah setelahnya menampakkan kebencian secara
terang-terangan. Ada pejabat yang meminta kepada Muawiyah agar
menghentikan tradisi tersebut. Tapi Muwaiyyah malah menjawab, “Tidak,
demi Allah! Tidak akan kuhentikan sampai anak-anak kecil tumbuh dewasa,
yang dewasa semakin tua renta sehingga tak seorang pun mengingatnya
kembali.” Pada masa kekuasaan Abdul Malik (khalifah kelima Umayyah), ada
seorang ulama yang menceritakan keutamaan Sayidina Ali di masjid
Damaskus. Abdul Malik memerintahkan supaya lidah ulama itu dipotong dan
berkata, “Aneh! Sampai sekarang orang-orang belum melupakannya!”
Sekaitan dengan peristiwa itu, syair tentang Sayidina Ali tercipta:
Di atas mimbar mereka mencacinya,
Padahal dengan pedangnya, mimbar ditegakkan. Di antara anak-anak atau
pemuda yang mengalami masa seperti itu adalah Umar bin Abdul Aziz.
Khalifah yang tergolong baik di antara khalifah Umayyah yang lain ini
berkisah: Ketika masih muda, saya belajar Alquran kepada salah seorang
keluarga Utbah bin Masud. Suatu hari ketika sedang bermain dengan
teman-teman, kami melaknat Ali r.a. Ternyata guruku yang kebetulan lewat
di tempat kami bermain tidak menghendaki pelaknatan tersebut. Dia
kemudian masuk ke masjid. Saya pun meninggalkan teman-teman dan masuk ke
masjid untuk belajar kepada guruku. Tapi ketika saya datang, dia
berdiri untuk melaksanakan salat. Dia memanjangkan salatnya, seakan-akan
disengaja. Saya merasakan sekali hal itu. Selesai salat dia langsung
menampakkan wajah muram kepadaku. Saya bertanya, “Apa yang terjadi,
wahai guru?” “Anakku, engkau melaknat Ali?” tanyanya. “Ya.” Guruku
bertanya lagi, “Sejak kapan engkau tahu bahwa Allah membenci pahlawan
Badr setelah meridai mereka?” Saya bertanya, “Guru, apakah Ali termasuk
pahlawan Badr?” “Benar,” jawab guruku. “Aku berjanji tidak akan
mengulanginya lagi.” Kemudian aku menghadiri salat Jumat di Madinah dan
ayahku yang waktu itu gubernur bertindak sebagai khatib. Aku simak
khotbahnya begitu lancar dan bersemangat, sampai akhirnya ayahku
melaknat Ali r.a. Aku heran mengapa sampai terjadi demikian. “Wahai
ayah, ayah termasuk orang yang fasih dan lancar berkhotbah. Begitu
tertariknya aku melihat ayah, sehingga ketika ayah melaknat orang itu
(Ali) aku merasa kecewa.” “Wahai anakku, orang-orang yang berada di
bawah mimbar kita itu kebanyakan penduduk Syam. Kalau aku menyampaikan
keutamaan orang itu (Ali) sebagaimana yang aku ketahui, tak seorang pun
dari mereka yang mau mengikuti kita,” jawab ayahku. Aku simpan dan
kurenungkan kata-kata ayahku itu di dalam dadaku bersama apa yang
dikatakan guruku. Lalu aku berjanji kepada Allah, jika aku bernasib baik
dan menjadi khalifah, aku akan merubah ungkapan laknat itu. Hingga
akhirnya, Umar bin Abdul Aziz menjadi khalifah. Ia memikirkan cara
bagaimana melarang cacian dan laknat terhadap Sayidina Ali dan mendorong
ulama besar mengeluarkan fatwa pengharamannya. Umar pun memiliki cara
cerdik dan jitu untuk mengakhiri cacian terhadap Sayidina Ali. Diam-diam
dia memanggil seorang dokter Yahudi dan mengatakan kepadanya, “Saya
akan mengundang ulama dalam sebuah majelis dan engkau harus ikut. Saya
minta kamu pura-pura meminang putriku. Kemudian aku akan mengatakan
bahwa dalam Islam, wanita muslimah tidak boleh menikah dengan laki-laki
kafir. Nanti kamu harus jawab, ‘Mengapa Ali yang kafir menjadi menantu
Nabi?’ Saya akan mengatakan bahwa Ali tidak kafir. Lalu kamu bantah,
‘Jika Ali tidak kafir mengapa kalian melaknatnya, padahal mencaci dan
melaknat seorang muslim tidak diperbolehkan?’ Setelah itu, aku yang akan
turun tangan.” Majelis itu pun diselenggarakan. Para undangan hadir,
mulai dari tokoh masyarakat, pembesar Bani Umayyah dan para ulama,
termasuk dokter Yahudi itu. Setelah siap, dokter itupun mengatakan ingin
meminang putra Umar bin Abdul Aziz. Semua rencana berjalan lancar
sampai ketika dokter Yahudi berkata, “Kalau Ali bukan kafir, mengapa
kalian melaknatnya?” Saat itu, seluruh yang hadir menundukkan kepalanya
karena merasa malu. Umar langsung memanfaatkan kesempatan itu dan
mengatakan kepada hadirin, “Jujurlah kalian. Mungkinkah menantu Rasul
yang punya keutamaan begitu banyak merupakan orang terlaknat?” Akhirnya,
di majelis itu Umar bin Abdul Aziz menepati janjinya yang terdahulu.
Umar memberlakukan larangan mencaci dan melaknat Imam Ali bin Abi Thalib
dan mengganti ucapan laknat itu menjadi ayat yang selalu dibaca para
khatib Jumat: (Q.S. An-Nahl: 90) "Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan,
memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji,
kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu
dapat mengambil pelajaran " [QS.An-Nahl :90].
Sang Pembuat Bid'ah
ini adalah Sosok Pemimpin Besar dalam Sejarah Islam yang dikenal Sebagai
Pemimpin yang Punya Karakter yang Tegas - Jujur dan Sederhana. Abu
Hafash Umar bin Abdul Aziz bin Marwan bin Hakam Ibnul Ash bin Umaiyah
bin Abdi Syams nama Lengkapnya dan Ibunya bernama Laila Ummi Ashim binti
Ashim bin Umar bin Khattab, Khalifah Islam yang kedua. Kira - Kira,
Berani Anda Menyebut Beliau Sebagai Pelaku Bid'ah Terbesar ??? Oh Iya,
Beliau juga Menghentikan Tradisi Buruk yang dahulu telah dilakukan dan
diturunkan secara turun temurun Oleh Keluarga Beliau Sendiri yaitu
Tradisi Mencaci Maki Sayyidina Ali RA dan Keturunan Beliau. Kira - Kira
Nih, Beliau ( Umar Bin Abdul Aziz ) ini mau Anda sebut juga dengan
Sebutan Antek Syi'ah seperti Isu Isu yang Anda hembuskan selama ini pada
Orang orang yang gak pernah sefaham dan sejalan dengan ajaranmu ???